التفريط في عمل اليوم واليلة (Meremehkan Amal Harian)
التفريط
في عمل اليوم واليلة
(Meremehkan Amal Harian)
Oleh: Cecep Nurhadi
Makna Tafrith Amal Al-Yaumi Wa Al-Lailah (مفهم
التفريط في عمل اليومم واليلة)
Secara bahasa At-Tafrith artinya
melalaikan dan menyia-yiakan suatu perkara sehingga hal tersebut luput, kalimat
Farathasy-syai dalam kitab Aafatun Alathariq ini berarti menyia-nyiakan
sesuatau dan melemahkannya dalam melakukannya sehingga luput atau lenyap. Allah
Subhanahu Wata’ala berfirman:
أَن تَقُولَ نَفۡسٞ يَٰحَسۡرَتَىٰ عَلَىٰ مَا فَرَّطتُ فِي جَنۢبِ ٱللَّهِ
وَإِن كُنتُ لَمِنَ ٱلسَّٰخِرِينَ
Artinya: “supaya jangan ada orang yang
mengatakan: "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan
kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang
memperolok-olokkan (agama Allah),” (Qs Az-Zumar ayat 56).
Sedangkan makna At-Tafrith dalam
istilah ialah para ulama dan para da’i yaitu sikap lalai yatau menyia-nyiakan
atau tidak perduli terhadap kewajiban beribadah yang seharusnya dijaga dan
dipelihara dengan baik oleh seorang muslim, contohnya meninggalkan shalat
wajib, meninggalkan qiyamul lail, meninggalkan shalat witir dan
amalan-amalan lainya.
Faktor-faktor penyebab Tafrith ( أسباب التفريط في عمل اليومم واليلة (
1.
Berlumuran Atau Kotor Dengan Kemaksiatan
Dampak
seseorang tidak perhatian terhadap dosa maksiat, maka ia akan mendapatkan iqob
diantaranya meremehkan amalan harian. Allah Subhanahu wata’ala
berfirman:
وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٖ فَبِمَا
كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖ
Artinya:”Dan
apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).” (Qs. 42 As-Syuura ayat 30)
Hasan Al-Basri
berkata, ketika ayat ini turun, Rosulallah Shalallahualahi Wasalam bersabda
demi dzat yang Muhammad berada didalam genggamannya, tidaklah seseorang
tergores oleh suatu dahan kayu, tersandung oleh akar pohon ataupun karena batu,
kakinya terpleset, akibat perbuatan dosa yang pernah diperbuat olehnya namun
dosa-dosa yang Allah maafkan lebih banyak. Suatu ketika Hasan Al-Basri juga
pernah ditanya oleh seseorang, “Wahai Aba Sa’id, sesungguhnya aku telah
bermalam dengan keadaan baik, dan aku ingin melaksanakan sholat qiyamul lail,
dan telah aku siapkan air untuk berwudhu didekatku, namun mengapa aku tidak
bangun?” kemudian Hasan Al-Basri menjawab, “Dosa-dosamu telah mengikatmu”[1]
Imam Adh-
Dhahak berkata, “Aku tidaklah mengetahui dari seseorang yang menghafal
Al-Qur’an kemudian ia lupa, kecuali
karena dosa”[2]
Al-Hafidz Ibnul
Qayyim juga mengatakan, “diantara dampak buruk dari kemaksiatan yakni
terhalangnya kita dalam melakukan ketaan kepada Allah Subhanahu wata’ala.”
2.
Memuaskan Diri Dengan Hal Yang Mubah
Memuaskan diri terhadap hal yang
mubah, baik makanan, minuman, pakaian, kendaraan dan hal yang lainnya,
menyebabkan rasa malas dan terlena dan dapat menimbulkan melupakan dan
menelantarkan amal harian bahkan dalam pembahasan sebelumnya juga telah dibahas
mengenai sikap ini (israf). Imam Al-Ghazali berkata terhadap muridnya,
“wahai para santri janganlah kalian terlalu banyak makan karena hal itu dapat
menyebabkan banyak minum, banyak tidur, dan memperbanyak penyesalan diakhir
kelak ketika meninggal.
3.
Tidak Bersyukur Atas Nikmat Yang Ada Dan Tidak Tau Cara Untuk
Melestarikannya
Padahal nikmat yang dianugrahkan
Allah terhadap umatnya baik yang nampak maupun yang tidak nampak, yang
diketahui maupunyang tidak diketahui, sungguh banyak dan tka dapat dihitung.
Maka cara yang terbaik melestarikan nikmat dari Allah adlah dengan bersyukur.
وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلۡتُمُوهُۚ وَإِن
تَعُدُّواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَظَلُومٞ
كَفَّارٞ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu
(keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu
menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinghitungnya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Qs. Ibrahim ayat 34).
أَلَمۡ تَرَوۡاْ أَنَّ ٱللَّهَ سَخَّرَ لَكُم
مَّا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَأَسۡبَغَ عَلَيۡكُمۡ نِعَمَهُۥ
ظَٰهِرَةٗ وَبَاطِنَةٗۗ وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُجَٰدِلُ فِي ٱللَّهِ بِغَيۡرِ
عِلۡمٖ وَلَا هُدٗى وَلَا كِتَٰبٖ مُّنِيرٖ
“Tidakkah kamu perhatikan
sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di
langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan
batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah
tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.” (Qs. Lukman ayat 20).
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ
لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ
”Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmatku) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Qs. Ibrahim
ayat 7).
فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي
وَلَا تَكۡفُرُونِ
“Karena itu, ingatlah kamu
kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan
janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Qs. Al-Baqarah ayat 152).
Al-Hasan al-Bashri, Abu al-Aaliyah,
Ar-Rabii' bin Anas berkata, "Sesungguhnya Allah akan selalu mengingat
seorang hamba yang selalu mengingat-Nya, dan akan menambah anugerah nikmat
kepada seorang hamba yang mensyukuri nikmat-Nya, serta akan menyiksa orang yang
mengingkarinya." Selain itu al-Hasan juga pernah memberi komentar tentang
ayat "Fadzkuruulii adzkurkum" yaitu "Ingatlah Aku dengan apa
yang telah Kuwajibkan atasmu kepada-Ku". Sedangkan Sa'id bin Jabir
berkata, "Ingatlah Aku melalui sikap taat kepada-Ku, niscaya Aku akan
selalu mengingatmu dengan maghfirah-Ku." Dan dalam riwayat lain dia
mengatakan, "... niscaya Aku akan selalu mengingatmu dengan rahmat-Ku.” [3]
4.
Menunda-nunda suatu pekerjaan
5.
Melihat dan meniru orang-orang yang bersikap tafrith
6.
Mengangap diri telah mencapai drajat kesempurnaan
Dampak Buruk Tafrith ( اثارالتفريط في عمل اليومم واليلة )
1.
Gelisah Dan Resahnya hati dan Jiwa
وَمَنۡ
أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةٗ ضَنكٗا وَنَحۡشُرُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ
أَعۡمَىٰ
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari
kiamat dalam keadaan buta". (Qs. Thaha ayat 124)
Ketenteraman hati dan jiwa serta ketinggian nurani hanya dapat diperoleh
lewat pemeliharaan rutinitas amal-amal wajib harian. Oleh karena itu,
barangsiapa yang menelantarkan amal kewajiban hariannya maka sesungguhnya
dirinya telah menghilangkan ketenteraman hati dan ketinggian nurani tersebuta kibatnya
hati, jiwa, dan nuraninya akan dilanda kegelisahan dan keresahan.
لِّنَفۡتِنَهُمۡ
فِيهِۚ وَمَن يُعۡرِضۡ عَن ذِكۡرِ رَبِّهِۦ يَسۡلُكۡهُ عَذَابٗا صَعَدٗا
“Untuk Kami beri cobaan kepada
mereka padanya. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya,
niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat.” (Qs. Al-Jin
ayat 17)
2.
Berhenti Melaksanakan Kewajiban atau Bersikap Lemah/Lumpuh
Sesungguhnya melaksanakan amal-amal
wajib harian ibarat perbekalan bagi seorang muslim dalam melakukan aktivitas dakwahnya.
Oleh karena itu, menyia-nyiakan tugas berarti mengosongkan diri dari
perbekalan. Akibatnya, dia mudah terserang penyakit lemah dan malas atau
terhentinya sama sekali amal-amal yang biasa dilakukannya.
3.
Berani Melakukan Maksiat
Hal ini dikarenakan hakikat ketaatan
itu berfungsi sebagai tembok penghalang bagi seseorang dari perbuatan maksiat.
ٱتۡلُ مَآ أُوحِيَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ
وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ
وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ
“Bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al-Ankabut ayat 45)
4.
Menimbulkan Kelemahan Fisik
Sikap memelihara ibadah harian akan
memberi imunitas kepada tubuh dan memberi kekuatan dalam mengemban tugas. Hal
ini sebagaimana ditegaskan oleh firman Allah Subhanahu wata’ala, tentang
perkataan Nabi Daud "Dan (dia berkata), 'Wahai kaumku, mohonlah ampun
kepada Tuhanmu, lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya la menurunkan hujan yang
sangat deras atasmu, dan la akan menambahkan kekuatan kepada
kekuatanmu...."" (Huud: 52)
5.
Terhalang dari Bantuan dan Pertolongan Allah
Sesungguhnya bantuan serta taufik
Allah itu hanya akan diperoleh seorang hamba jika dia secara konsisten mampu menjalin
hubungan yang baik dengan Allah, yakni lewat sikap pemeliharaan dalam
menjalankan amal-amal ibadah harian. Firman-Nya,
"Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang bertakwa dan yang berbuat ihsan." (an-Nahl: 128)
"Dan orang-orang yang berjihad
untuk mencari keridhaan) Kami, niscaya akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik." (al-'Ankabut:
69) Oleh karena itu, jika seorang muslim melalaikan amal-amal ini maka berarti
ia telah memutuskan jalur hubungan dengan amal islami.
6.
Tidak Mampu Tegar dan Teguh Tatkala Mengalami Ujian dan kesulitan
Sebagaimana telah kita ketahui,
tabiat ujian dalam meniti jalan dakwah sangat keras dan pedih. Para aktivis
tidak akan mampu menanggungnya sekalipun dengan mengerahkan seluruh potensi,
daya, dan kekuatan yang dimilikinya. Karena itu, dalam hal ini, para aktivis
pasti memerlukan bantuan dan pertolongan Allah, bilakah seorang yang
menelantarkan hak hak Allah akan dianugerahkan bantuan dan pertolongan Allah sehingga
ia dapat teguh dan kuat memikul ujian dakwah? Inilah yang yang terkandung dalam
firman Allah,
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ
ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah
maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka
cita.” (Al-Ahqaf ayat 14)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن
تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ أَقۡدَامَكُمۡ
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu
menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
(Qs. Muhammad ayat 7)
Kiat-Kiat Cara Mengatasi Kelalaian Amalan
Yaumiyyah
1.
Mengakrbi Kehidupan Dengan Al-Qur’an dan Sunnah
Hal
ini karena dalam dua sumber itu secara lengkap terdapat gambaran yang benar
tentang kehidupan pahala bagi orang-orang yang taat kepada perintah Allah Subhanahu
Wta’ala.
2.
Membebaskan diri dari segala betuk kemaksiatan dan dosa baik besr
maupun dosa kecil.
Karena
kemaksiatan dan dosa bagaikan racun bagi tubuh dan bagaikan api yang siap
membakar.
3.
Tidak Memuaskan Diri Secara Berlebihan dalam Melakukan Hal yang
Mubah, Terutama dalam Makan dan Minum
4.
Menghargai Kenikmatan yang Diterima dan Menyadari bahwa Sesungguhnya
Itu Tidak Dapat Kekal Kecuali dengan Memelihara Ketaatan kepada-Nya
5.
Berupaya Memvariasikan atau Mengimbangi Sikap Memelihara Amal
Ibadah Harian dengan Melaksanakan Berbagai Kewajiban yang Lain
6.
Membiasakan Diri Melakukan Pengendalian Diri
Kita harus senantiasa membiasakan mengendalikan diri atau berusaha
mencegah keinginan nafsu dengan memaksa dan mengerasinya ketika ia cenderung
kepada sikap tafriith. Selain itu, kita juga harus meninggalkan sikap
menunda-nunda amal. Caranya dengan memberikan hiburan kepada diri sendiri
bahwa
sekalipun saat ini merasakan kelelahan, namun kelak akan merasakan kenikmatan
pada hari esok dengan kenikmatan yang kekal selama-lamanya, bahkan dapat
memperoleh kelezatan bertemu dengan Allah.
7. Mewaspadai Dampak-dampak Buruk
Akibat Sikap Tafriith
Hal itu akan dapat menggerakkan hati dan dapat memberi instruksi
kepada tubuh untuk melakukan pemeliharaan terhadap amal-amal ibadah harian.
8.
Selalu Menyertai Jama'ah dan Hidup di Tengah Orang-orang yang
Shalih, stiqamah, dan Orang yang Senatiasa Mengingat Allah Serta Mengasah Ketajaman
Semangat dan Tekadnya
9.
Memohon Pertolongan yang Sempurna kepada Allah Subhanahu
Wata’ala
Allah Subhanahu Wata’ala akan menolong siapa saja yang
memohon pertolongan kepada-Nya, berlindung kepada pemeliharaan-Nya, serta
bernaung dibawah-Nya, apalagi pada saat-saat berbahaya dan sulit. Firman-Nya, "Dan
Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku niscaya aku kabulkan (doa itu)
untukmu...." (Ghaafir. 60) "Atau siapakah yang memperkenankan (doa)
orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan
kesusahan, dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah
di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kalian mengingat-Nya"
(an-Naml: 62)
10.
Mendalami Pengertian bahwa Dunia adalah Tempat Menanam dan Bekerja.
Sedangkan Hari Esok adalah Panen dan Mengetahui Hasilnya
Jika masa di dunia berlalu tanpa ketaatan, maka
akibatnya adalah kerugian yang amat sangat. Firman Allah SWT, "...Katakanlah,
sesungguhnya orang-orang yang rugi adalah orang-orang yang merugikan diri
mereka sendiri dari keluarganya pada hari kiamat." Ingatlah, sesungguhnya
orang-orang yang zalim itu berada dalam azab yang kekal." (az-Zumar: 15)
11.
Para Panutan dan Teladan Harus Senantiasa Konsisten dalam Memelihara
Tugas Kewajiban Siang dan Malam
12.
Mengenal Sirah Perjalanan Hidup Nabi saw
13.
Senatiasa Meneliti Sisi-sisi Perjalanan Hidup Para Salafush-shalih Perjalanan
hidup mereka yang kaya akan sikap memelihara dan melaksanakan amal-amal dan
tugas-tugas siang dan malam hari.
14.
Senantiasa Mengingat Dosa-dosa dan kesalahan
yang Telah Lalu
[1] Ihyaa ulumuddin, Imam Al-Ghazali, 1/356
[2] Atsar dalam tafsir Ibnu Katsir 4/117
[3] Tafsiir Ibnu
Katsiir, 1/196
Label: Tazkiyatun Nafs
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda