Jumat, 01 Januari 2021

التفريط في عمل اليوم واليلة (Meremehkan Amal Harian)

 

التفريط في عمل اليوم واليلة

(Meremehkan Amal Harian)

Oleh: Cecep Nurhadi



Makna Tafrith Amal Al-Yaumi  Wa Al-Lailah (مفهم التفريط في عمل اليومم واليلة)

Secara bahasa At-Tafrith artinya melalaikan dan menyia-yiakan suatu perkara sehingga hal tersebut luput, kalimat Farathasy-syai dalam kitab Aafatun Alathariq ini berarti menyia-nyiakan sesuatau dan melemahkannya dalam melakukannya sehingga luput atau lenyap. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

أَن تَقُولَ نَفۡسٞ يَٰحَسۡرَتَىٰ عَلَىٰ مَا فَرَّطتُ فِي جَنۢبِ ٱللَّهِ وَإِن كُنتُ لَمِنَ ٱلسَّٰخِرِينَ

Artinya: “supaya jangan ada orang yang mengatakan: "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah),” (Qs Az-Zumar ayat 56).

Sedangkan makna At-Tafrith dalam istilah ialah para ulama dan para da’i yaitu sikap lalai yatau menyia-nyiakan atau tidak perduli terhadap kewajiban beribadah yang seharusnya dijaga dan dipelihara dengan baik oleh seorang muslim, contohnya meninggalkan shalat wajib, meninggalkan qiyamul lail, meninggalkan shalat witir dan amalan-amalan lainya.

Faktor-faktor penyebab Tafrith ( أسباب التفريط في عمل اليومم واليلة (

1.    Berlumuran Atau Kotor Dengan Kemaksiatan

Dampak seseorang tidak perhatian terhadap dosa maksiat, maka ia akan mendapatkan iqob diantaranya meremehkan amalan harian. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٖ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖ

Artinya:”Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Qs. 42 As-Syuura ayat 30)

Hasan Al-Basri berkata, ketika ayat ini turun, Rosulallah Shalallahualahi Wasalam bersabda demi dzat yang Muhammad berada didalam genggamannya, tidaklah seseorang tergores oleh suatu dahan kayu, tersandung oleh akar pohon ataupun karena batu, kakinya terpleset, akibat perbuatan dosa yang pernah diperbuat olehnya namun dosa-dosa yang Allah maafkan lebih banyak. Suatu ketika Hasan Al-Basri juga pernah ditanya oleh seseorang, “Wahai Aba Sa’id, sesungguhnya aku telah bermalam dengan keadaan baik, dan aku ingin melaksanakan sholat qiyamul lail, dan telah aku siapkan air untuk berwudhu didekatku, namun mengapa aku tidak bangun?” kemudian Hasan Al-Basri menjawab, “Dosa-dosamu telah mengikatmu”[1]

Imam Adh- Dhahak berkata, “Aku tidaklah mengetahui dari seseorang yang menghafal Al-Qur’an  kemudian ia lupa, kecuali karena dosa”[2]

Al-Hafidz Ibnul Qayyim juga mengatakan, “diantara dampak buruk dari kemaksiatan yakni terhalangnya kita dalam melakukan ketaan kepada Allah Subhanahu wata’ala.”

2.    Memuaskan Diri Dengan Hal Yang Mubah

Memuaskan diri terhadap hal yang mubah, baik makanan, minuman, pakaian, kendaraan dan hal yang lainnya, menyebabkan rasa malas dan terlena dan dapat menimbulkan melupakan dan menelantarkan amal harian bahkan dalam pembahasan sebelumnya juga telah dibahas mengenai sikap ini (israf). Imam Al-Ghazali berkata terhadap muridnya, “wahai para santri janganlah kalian terlalu banyak makan karena hal itu dapat menyebabkan banyak minum, banyak tidur, dan memperbanyak penyesalan diakhir kelak ketika meninggal.

3.    Tidak Bersyukur Atas Nikmat Yang Ada Dan Tidak Tau Cara Untuk Melestarikannya

Padahal nikmat yang dianugrahkan Allah terhadap umatnya baik yang nampak maupun yang tidak nampak, yang diketahui maupunyang tidak diketahui, sungguh banyak dan tka dapat dihitung. Maka cara yang terbaik melestarikan nikmat dari Allah adlah dengan bersyukur.

وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلۡتُمُوهُۚ وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَظَلُومٞ كَفَّارٞ

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Qs. Ibrahim ayat 34).

أَلَمۡ تَرَوۡاْ أَنَّ ٱللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَأَسۡبَغَ عَلَيۡكُمۡ نِعَمَهُۥ ظَٰهِرَةٗ وَبَاطِنَةٗۗ وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُجَٰدِلُ فِي ٱللَّهِ بِغَيۡرِ عِلۡمٖ وَلَا هُدٗى وَلَا كِتَٰبٖ مُّنِيرٖ

“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.” (Qs. Lukman ayat 20).

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ

”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmatku) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Qs. Ibrahim ayat 7).

فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Qs. Al-Baqarah ayat 152).

Al-Hasan al-Bashri, Abu al-Aaliyah, Ar-Rabii' bin Anas berkata, "Sesungguhnya Allah akan selalu mengingat seorang hamba yang selalu mengingat-Nya, dan akan menambah anugerah nikmat kepada seorang hamba yang mensyukuri nikmat-Nya, serta akan menyiksa orang yang mengingkarinya." Selain itu al-Hasan juga pernah memberi komentar tentang ayat "Fadzkuruulii adzkurkum" yaitu "Ingatlah Aku dengan apa yang telah Kuwajibkan atasmu kepada-Ku". Sedangkan Sa'id bin Jabir berkata, "Ingatlah Aku melalui sikap taat kepada-Ku, niscaya Aku akan selalu mengingatmu dengan maghfirah-Ku." Dan dalam riwayat lain dia mengatakan, "... niscaya Aku akan selalu mengingatmu dengan rahmat-Ku.” [3]

4.    Menunda-nunda suatu pekerjaan

5.    Melihat dan meniru orang-orang yang bersikap tafrith

6.    Mengangap diri telah mencapai drajat kesempurnaan

Dampak Buruk Tafrith ( اثارالتفريط في عمل اليومم واليلة )

1.    Gelisah Dan Resahnya hati dan Jiwa

وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةٗ ضَنكٗا وَنَحۡشُرُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ أَعۡمَىٰ

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (Qs. Thaha ayat 124)

Ketenteraman hati dan jiwa serta ketinggian nurani hanya dapat diperoleh lewat pemeliharaan rutinitas amal-amal wajib harian. Oleh karena itu, barangsiapa yang menelantarkan amal kewajiban hariannya maka sesungguhnya dirinya telah menghilangkan ketenteraman hati dan ketinggian nurani tersebuta kibatnya hati, jiwa, dan nuraninya akan dilanda kegelisahan dan keresahan.

لِّنَفۡتِنَهُمۡ فِيهِۚ وَمَن يُعۡرِضۡ عَن ذِكۡرِ رَبِّهِۦ يَسۡلُكۡهُ عَذَابٗا صَعَدٗا

“Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat.” (Qs. Al-Jin ayat 17)

2.    Berhenti Melaksanakan Kewajiban atau Bersikap Lemah/Lumpuh

Sesungguhnya melaksanakan amal-amal wajib harian ibarat perbekalan bagi seorang muslim dalam melakukan aktivitas dakwahnya. Oleh karena itu, menyia-nyiakan tugas berarti mengosongkan diri dari perbekalan. Akibatnya, dia mudah terserang penyakit lemah dan malas atau terhentinya sama sekali amal-amal yang biasa dilakukannya.

3.    Berani Melakukan Maksiat

Hal ini dikarenakan hakikat ketaatan itu berfungsi sebagai tembok penghalang bagi seseorang dari perbuatan maksiat.

ٱتۡلُ مَآ أُوحِيَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al-Ankabut ayat 45)

4.    Menimbulkan Kelemahan Fisik

Sikap memelihara ibadah harian akan memberi imunitas kepada tubuh dan memberi kekuatan dalam mengemban tugas. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh firman Allah Subhanahu wata’ala, tentang perkataan Nabi Daud "Dan (dia berkata), 'Wahai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu, lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya la menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan la akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu...."" (Huud: 52)

5.      Terhalang dari Bantuan dan Pertolongan Allah

Sesungguhnya bantuan serta taufik Allah itu hanya akan diperoleh seorang hamba jika dia secara konsisten mampu menjalin hubungan yang baik dengan Allah, yakni lewat sikap pemeliharaan dalam menjalankan amal-amal ibadah harian. Firman-Nya,

"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan yang berbuat ihsan." (an-Nahl: 128)

"Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan) Kami, niscaya akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (al-'Ankabut: 69) Oleh karena itu, jika seorang muslim melalaikan amal-amal ini maka berarti ia telah memutuskan jalur hubungan dengan amal islami.

6.    Tidak Mampu Tegar dan Teguh Tatkala Mengalami Ujian dan kesulitan

Sebagaimana telah kita ketahui, tabiat ujian dalam meniti jalan dakwah sangat keras dan pedih. Para aktivis tidak akan mampu menanggungnya sekalipun dengan mengerahkan seluruh potensi, daya, dan kekuatan yang dimilikinya. Karena itu, dalam hal ini, para aktivis pasti memerlukan bantuan dan pertolongan Allah, bilakah seorang yang menelantarkan hak hak Allah akan dianugerahkan bantuan dan pertolongan Allah sehingga ia dapat teguh dan kuat memikul ujian dakwah? Inilah yang yang terkandung dalam firman Allah,

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.” (Al-Ahqaf ayat 14)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ أَقۡدَامَكُمۡ

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Qs. Muhammad ayat 7)

Kiat-Kiat Cara Mengatasi Kelalaian Amalan Yaumiyyah

1.    Mengakrbi Kehidupan Dengan Al-Qur’an dan Sunnah

Hal ini karena dalam dua sumber itu secara lengkap terdapat gambaran yang benar tentang kehidupan pahala bagi orang-orang yang taat kepada perintah Allah Subhanahu Wta’ala.

2.    Membebaskan diri dari segala betuk kemaksiatan dan dosa baik besr maupun dosa kecil.

Karena kemaksiatan dan dosa bagaikan racun bagi tubuh dan bagaikan api yang siap membakar.

3.    Tidak Memuaskan Diri Secara Berlebihan dalam Melakukan Hal yang Mubah, Terutama dalam Makan dan Minum

4.    Menghargai Kenikmatan yang Diterima dan Menyadari bahwa Sesungguhnya Itu Tidak Dapat Kekal Kecuali dengan Memelihara Ketaatan kepada-Nya

5.    Berupaya Memvariasikan atau Mengimbangi Sikap Memelihara Amal Ibadah Harian dengan Melaksanakan Berbagai Kewajiban yang Lain

6.    Membiasakan Diri Melakukan Pengendalian Diri

Kita harus senantiasa membiasakan mengendalikan diri atau berusaha mencegah keinginan nafsu dengan memaksa dan mengerasinya ketika ia cenderung kepada sikap tafriith. Selain itu, kita juga harus meninggalkan sikap menunda-nunda amal. Caranya dengan memberikan hiburan kepada diri sendiri

bahwa sekalipun saat ini merasakan kelelahan, namun kelak akan merasakan kenikmatan pada hari esok dengan kenikmatan yang kekal selama-lamanya, bahkan dapat memperoleh kelezatan bertemu dengan Allah.

7.  Mewaspadai Dampak-dampak Buruk Akibat Sikap Tafriith

Hal itu akan dapat menggerakkan hati dan dapat memberi instruksi kepada tubuh untuk melakukan pemeliharaan terhadap amal-amal ibadah harian.

8.    Selalu Menyertai Jama'ah dan Hidup di Tengah Orang-orang yang Shalih, stiqamah, dan Orang yang Senatiasa Mengingat Allah Serta Mengasah Ketajaman Semangat dan Tekadnya

9.    Memohon Pertolongan yang Sempurna kepada Allah Subhanahu Wata’ala

Allah Subhanahu Wata’ala akan menolong siapa saja yang memohon pertolongan kepada-Nya, berlindung kepada pemeliharaan-Nya, serta bernaung dibawah-Nya, apalagi pada saat-saat berbahaya dan sulit. Firman-Nya, "Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku niscaya aku kabulkan (doa itu) untukmu...." (Ghaafir. 60) "Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan, dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kalian mengingat-Nya" (an-Naml: 62)

10.     Mendalami Pengertian bahwa Dunia adalah Tempat Menanam dan Bekerja. Sedangkan Hari Esok adalah Panen dan Mengetahui Hasilnya

Jika masa di dunia berlalu tanpa ketaatan, maka akibatnya adalah kerugian yang amat sangat. Firman Allah SWT, "...Katakanlah, sesungguhnya orang-orang yang rugi adalah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dari keluarganya pada hari kiamat." Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu berada dalam azab yang kekal." (az-Zumar: 15)

11.    Para Panutan dan Teladan Harus Senantiasa Konsisten dalam Memelihara Tugas Kewajiban Siang dan Malam

12.    Mengenal Sirah Perjalanan Hidup Nabi saw

13.    Senatiasa Meneliti Sisi-sisi Perjalanan Hidup Para Salafush-shalih Perjalanan hidup mereka yang kaya akan sikap memelihara dan melaksanakan amal-amal dan tugas-tugas siang dan malam hari.

14.    Senantiasa Mengingat Dosa-dosa dan kesalahan

yang Telah Lalu



[1] Ihyaa ulumuddin, Imam Al-Ghazali, 1/356

[2] Atsar dalam tafsir Ibnu Katsir 4/117

[3] Tafsiir Ibnu Katsiir, 1/196

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda